Anas Ridwan, PT Boogie Advindo:
Bisnis Sukses, Hobi Jalan Terus
Banyak kisah sukses mereka yang mengawinkan hobi dan bisnis. Salah satunya, Anas Ridwan. Ia sukses di bisnis dan tetap melanjutkan kegemarannya bertualang di alam bebas. Lihat saja gaya anak gunungnya berikut Land Rover tahun 1960-an yang menjadi tongkrongan resminya. Padahal, lelaki berusia 34 tahun ini pemilik perusahaan PT Boogie Advindo (BA), produsen perlengkapan outdoor merek Boogie -- merek yang tak asing di telinga pehobi kegiatan outdoor.
Kelengkapan dan kualitas Boogie tidak kalah dari produk impor. Harap maklum, sebagian besar bahan baku produk ini memang masih impor. Boogie Advindo memproduksi sandal, tas dan ransel, aksesori, celana dan kemeja lapangan, perahu karet, pelampung, drybag, sepatu dan kantong tidur. Semuanya untuk kegiatan penjelajahan alam. Hasil riset menunjukkan, Boogie menempati urutan ketiga untuk produk kegiatan outdoor di pasar setelah merek Eiger dan The North Face.
Usaha Anas berawal dari hobinya berkelana di alam bebas. Usianya masih 13 tahun ketika ia jatuh cinta pada alam bebas. Selanjutnya, ia bergabung dengan Wanadri, kelompok pencinta lingkungan termasyhur di Bandung. Saat diwawancara SWA, Anas mengaku baru saja pulang dari Bandung mengikuti pelantikan anggota baru Wanadri.
Bagi Anas, bisnis dan hobi bisa saling mengisi. Melalui hobi, ia bisa bekerja dan bahkan memperoleh keuntungan. Sebaliknya, ketika merasa jenuh dan capek, ia dapat mengisi waktu dengan bertualang. "Bagi saya, bisnis ini lebih pada sisi nilai tambah suatu produk, bukan semata-mata uang," ujarnya. Ia menyadari betul, dirinya tidak punya bakat dagang. "Motivasi saya sebenarnya adalah punya aktivitas yang menghasilkan. Juga, ingin membuktikan anak gunung pun bisa berhasil," tegasnya.
Pikiran untuk berbisnis mulai muncul ketika berlangsung kompetisi terjun Boogie (terjun payung) di Pantai Kuta, Bali, pada 1990. Di ajang kelas dunia ini, Anas melihat para penerjun payung dunia memakai sandal sport merek Teva. Desainnya yang menarik menggugah keinginannya membuat sandal serupa. Maka, bermodalkan uang saku Rp 100 ribu, ia meminta seorang tukang sol keliling membuatkannya sandal serupa Teva. "Pokoknya, berapapun biayanya," jawab Anas ketika si tukang sol mengemukakan biaya pembuatannya. Padahal, uang di kantongnya hanya Rp 100 ribu.
Sejak itu, Anas mempekerjakan seorang tukang sol keliling untuk memproduksi tiga pasang sandal gunung setiap hari. Sandal ini kemudian dijajakan di kalangan terbatas seharga Rp 17.500-22.500/pasang. Tidak sulit baginya menjual produknya sebab modelnya memang bagus. Namanya juga jiplakan. Alhasil, melalui distribusi teman-teman sesama pecinta alam, sandal kreasi Anas selalu laku terjual. Empat bulan kemudian, ia mencoba meningkatkan kapasitas produksi dengan mempekerjakan lima tukang sol. Produksinya pun meningkat menjadi sekitar 15 pasang/hari. Begitu seterusnya, selama dua tahun Anas memfokuskan produksinya pada sandal gunung -- demikian kalangan pencinta lingkungan menyebut produk Anas -- hingga tukang solnya mencapai 15 orang dengan produksi 50 pasang/bulan pada tahun kedua. Harga pun semakin meningkat hingga Rp 45.000/pasang. Dari harga, Anas mengambil keuntungan 20% per pasang.
Di tahun ke-10 usahanya, total produksi sandal Boogie mencapai 5 ribu pasang/bulan. Tentu saja, tak semua pekerjaan dikerjakan sendiri tetapi juga lewat kemitraan dengan beberapa perajin sandal yang mengerjakan sekitar 60% dari total produksi. Mitra yang dimaksud adalah 7 perajin -- satu perajin terdiri atas dua pekerja.
Lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan, 1992 ini mengaku sering menghadapi kendala dalam menjalankan usaha. Terutama, dalam hal pembiayaan. Pasalnya, kalangan perbankan di Tanah Air masih berorientasi komersial, seperti harus ada jaminan sertifikat dan sejenisnya dan bukan pada prospek usaha. Anas mengaku perusahaannya sering diabaikan oleh pihak bank. Selain itu, kebijakan Pemerintah dalam pembinaan industri kecil dinilai Anas hanya berada pada tataran permukaan. "Sering kali tidak nyambung. Mereka tak menyesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Jadi, asal jalan saja," ujarnya mengeluh.
Dikecewakan bank, Anas tidak putus asa. Pada tahun ketiga usia perusahaannya, ia mengembangkan produknya dengan memproduksi tas ransel, drybag, dompet, sepatu tracking, pelampung, tenda dan berbagai aksesori kegiatan pecinta alam. Tahun 1996, ia berani memproduksi perahu karet. Padahal, jarang ada perusahaan yang mampu memproduksi perahu karet seperti itu. Bahkan, saking langkanya, ketersediaan perahu karet pada olahraga arung jeram sangat terbatas. Untuk memproduksi perahu karet, lelaki kelahiran Bogor ini rela terbang ke Taiwan untuk menimba ilmu. Namun, tak ada kesempatan mengembangkannya, sehingga ia melirik perusahaan sepatu yang membuat perahu penyelamat dan arung jeram, PT Heejo Indo. Anas kemudian menjadi penyalur perahu arung jeram perusahaan itu.
Impian membuat perahu karet akhirnya kesampaian atas bantuan seorang karyawan Heejo Indo dan modal Rp 5 juta. Namun, lagi-lagi cobaan datang sebab teman-temannya ragu menggunakan perahu buatannya. Sebaliknya, seorang warga negara Australia, James Casey -- karyawan perusahaan pertambangan Scorpion di Kalimantan -- membeli tiga perahu karet buatannya berikut perlengkapannya.
Hampir bersamaan, Heejo Indo bangkrut. Seluruh peralatan perusahaan ini dibeli Anas dan beberapa karyawannya direkrut ke Boogie Advindo. Untuk produksi, Anas mengeluarkan dana Rp 25 juta buat membangun ruang oven yang mutlak diperlukan dalam membuat perahu karet. Hanya dalam tiga tahun, Boogie Advindo berhasil memproduksi 90 perahu karet, dan terjual 20-30 unit/tahun seharga US$ 1.000/unit untuk jenis Rahong dan US$ 1.100 untuk Maskot. Keuntungan besar mulai tampak di depan mata. Pesanan dari Jawa, Bali, Aceh, Toraja bahkan Malaysia mulai berdatangan. Hebatnya, ia mampu menyelesaikan order-order ini hanya dalam lima hari meskipun harus menjahitnya sendiri.
Namun, kontributor terbesar pendapatan Boogie Advindo tetap berasal dari sandal gunung (40%), diikuti tas (40%), dan 20% dari jenis produk lain seperti aksesori, tenda, pelampung dan perahu karet. Untuk tas, prestasi Boogie terbilang bagus dengan menguasai 20% pangsa pasar kategori perlengkapan outdoor. Sementara itu, 60% dari total produksinya terjual ke wilayah Jawa dan sisanya dipasarkan di Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan. Untuk ekspor, meskipun bersifat insidental, pasar terbesar Boogie adalah Malaysia, Singapura, Jepang dan Australia.
Kini, Anas berencana membuka gerai di beberapa daerah lainnya selain gerai yang telah ada di beberapa kota besar di Indonesia. Di dalam negeri, Boogie Advindo menggunakan sistem rekanan dalam membuka gerainya. Pasar ekspor ternyata menjadi perhatian khusus Anas. Targetnya, beberapa gerai akan dibuka di negara-negara ASEAN paling lambat tahun 2003. Untuk merealisasi rencana itu, beberapa langkah telah dilakukan. Misalnya, meningkatkan kualitas SDM dengan mengirim beberapa karyawan mengikuti kursus manajemen di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Manajemen, Menteng, Jakarta. Untuk ini, manajemen Boogie Advindo mengeluarkan dana sebesar Rp 20 juta/tahun.
Boogie Advindo juga telah membuat situs web www.boogieadvindo.com agar produk Boogie lebih dikenal luas hingga ke luar negeri. Gayung bersambut, sebab banyak permintaan datang dari Jepang dan Australia setelah membaca situs ini. Untuk meraih pasar baru, perusahaan ini menawarkan keanggotaan klub Boogie Advindo kepada kalangan pecinta alam. Dengan menjadi anggota, yang bersangkutan akan mendapat diskon harga khusus untuk produk-produk Boogie.
Menurut Anas, hal pertama yang dilakukannya adalah meningkatkan kualitas produk. "Boogie is quality," tegasnya. Kedua, menjual langsung melalui mobil Land Rover Merah (tahun 1970-an) yang bertuliskan "Cepat & Andal Melayani Pelanggan Camp", baik di Senayan maupun pada acara-acara yang berhubungan dengan kegiatan pecinta alam. Kemudian, meningkatkan frekuensi keikutsertaan mereka sebagai sponsor dalam berbagai kegiatan. Terakhir, membantu konsultasi, pelatihan dan informasi seputar kegiatan pecinta alam, khususnya arung jeram.
Satu hal yang sangat diyakini awak Boogie Advindo adalah produk-produk mereka bukanlah produk trendi, penekanannya lebih pada fungsi dan kualitas. Buktinya, walaupun krisis melanda Tanah Air pertengahan 1997, bisnis Boogie tidak terpengaruh sama sekali. Sebaliknya malah meraih untung. "Bagi kami, untung besar nomor sekian. Yang penting, kesinambungan usaha," jelas Anas. Sikapnya yang cenderung hati-hati dan sederhana, ditularkan kepada sekitar 70 karyawannya. Tanpa gembar-gembor, kini ia tengah menawarkan program pembangunan perumahan karyawan, yang berlokasi di dekat kantor Boogie Advindo di Jalan Talang Raya, Bogor.
Anas mengakui, pertumbuhan perusahaannya yang demikian cepat juga akibat konflik yang terjadi di tubuh Alpina, produsen produk serupa. Redupnya sinar Alpina membuka kesempatan bagi pemain lain, termasuk Boogie, untuk masuk pasar. Tak heran jika kemudian banyak pemain baru yang muncul memperebutkan pasar yang ditinggalkan Alpina. Maklumlah, Alpina pernah merajai pasar nasional untuk produk sejenis.
Guna menerobos pasar yang lebih besar, manajemen Boogie Advindo mengupayakan berbagai strategi, termasuk melakukan kegiatan below the line seperti mensponsori kegiatan pecinta alam. Salah satunya, menjadi sponsor atlet International Kayak Festival di Asahan, 2002. Boogie Advindo kini juga sedang membina tiga atlet pencinta alam terbaik nasional. Pertengahan tahun ini, Boogie Advindo mengembangkan usaha dengan membuka BoomAdventure di daerah aliran sungai Palayangan-Pangalengan, Jawa Barat, meliputi arung jeram, kayaking, paralayang, sepeda gunung, tracking, canyoning, bananboat dan war games. Tujuannya tentu saja untuk lebih memasyarakatkan produk Boogie.
Segmen pasar Boogie selama ini adalah pelajar/mahasiswa, penggemar ekstrakurikuler kegiatan alam dan perusahaan outbound atau arung jeram. Strategi lain yang ditempuh Boogie Advindo, menerapkan sistem waralaba, yang dimulai di Lampung dan Cianjur, menyusul kemudian di Bekasi.
Alamat : Jl. Talang Raya No. 28, Bogor, Jawa Barat. Telepon (0251) 8371443, 8337403. Faksimil : (0251) 8377560. E-mail : boogie@boogie.co.id. Website : www.Boogieadvindo.com.

0 Responses so far.

Post a Comment